MENGUPDATE INTEGRITAS KEPEMIMPINAN YANG ERROR
Masyarakat
dunia dewasa ini menghadapi begitu banyak masalah yang cukup kompleks seperti
masalah hak asasi manusia (HAM), ketidakadilan gender, masalah ideologi,
masalah sistem ekonomi, masalah lingkungan hidup, masalah media massa, masalah
rekasa genetik, masalah moral, dll. Sebagian dari berbagai masalah ini
merupakan masalah lama yang dibiarkan ada karena tidak dapat diselesaikan dan
sebagian lagi adalah masalah baru.
Berbagai
masalah ini tumbuh dan hidup bersama masyarakat umum khususnya masayarakat
kecil yang terpinggirkan. Mereka meresa kebingungan dan tidak mampu berbuat
apa-apa karena tidak memiliki kekuatan. Mereka hanya berpasrah dan mengharapkan
suatu pencerahan dari para pemimpin mereka sehingga bisa membawa suatu
perubahan bagi kehidupan mereka yang keruh. Jika dilihat dan diamati persoalan
yang dihadapi masyarakat maka muncul pertanyaan, dimanakah peran dan fungsi
para pemimpin kita? Apakah para pemimpin kita sudah mati rasa? Ataukah para
pemimpin kita sudah eror sehingga perlu diupdate kembali? Semua pertanyaan ini
menjadi pergumulan kita bersama untuk mengupdate
kembali integritas kepemimpinan yang eror dalam masyarakat, sehingga
sekurang-kurangnya berbagai masalah tersebut dapat diatasi.
Integritas
seorang pemimpin secara sederhana diartikan sebagai kesatuan pikiran, ucapan
dan tindakan. Kesatuan itu diwujud-nyatakan dalam tugas dan pelayanannya selama
menjadi pemimpin. Oleh karena itu, seorang pemimpin sekurang-kurangnya harus
memiliki tanggungjawab, teladan, kebijaksanaan, akseptabilitas, visi-misi, dan
iman. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mampu berpikir holistik dan
bertindak transparan, memperhatikan aspirasi rakyat, dan dekat dengan mereka
yang dipimpin.
Tanggungjawab:
seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas tugas yang diembankan kepadanya.
Seorang pemimpin harus memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk
mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan baik oleh dirinya maupun oleh
anak buahnya serta mampu mengambil resiko demi kepentingan orang yang
dipimpinya. Tanggungjawab sering menuntut pengorbanan, sehingga seorang
pemimpin mesti rela berkorban untuk sehati sejiwa dan serasa dengan mereka yang
dipimpin. Teladan: seorang pemimpin
harus mampu memberikan teladan melalui tingkah laku hidupnya kepada orang yang
dipimpinnya, sehingga mereka pun merasa dituntun dan dituntut untuk berbuat
demikian. Seorang pemimpin mesti mengingat bahwa keteladanan tidak dapat
direkayasa karena hanya bersifat semu dan sementara. Kebijaksanaan: kerap kali seorang pemimpin setiap saat dihadapkan
kepada situasi rumit dan sulit untuk mengambil keputusan sehingga sangat
dibutuhkan kebijksanaan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu agar
keputusannya bisa adil dan bijaksana serta dapat dirasakan oleh semua orang
yang dipimpinnya. Akseptabilitas: seorang
pemimpin harus memiliki prasyarat moralis, kemampuan fisik dan intelektual yang
baik agar dapat diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya. Berkaitan dengan
hal ini maka diperlukan ketenangan dan
kemampuan untuk mengambil keputasan yang tepat berdasarkan pertimbangan nalar
yang baik, sebab keputusan seorang pemimpin menggambarkan kemampuannya untuk
mengatasi masalah. Seorang pemimpin tidak boleh mengambil keputasan secara
remeh dan bertindak secara terburu-buru atau bertindak terlalu lamban dan
bersifat membiarkan. Visi-misi:
kepemimpinan seorang pemimpin sangat identik dengan visi-misi kepemimpinannya.
Seroang pemimpin harus memiliki visi-misi yang memberi arah dan pandangan jauh
ke depan serta harapan-harapan kepada pengikutnya agar mereka termotivasi untuk
menjalankan apa yang dikehendakinya. Tanpa visi-misi yang jelas dari seorang
pemimpin maka kepemimpinannya akan hilang arah terlebih oleh kesilauan harta
dan prestise sehingga mengganti visi-misinya menjadi ambisi pribadi. Iman: seorang pemimpin harus memiliki
iman yang teguh kepada Allah sesuai agamanya. Iman bagi seorang pemimpin sangat
penting karena pemimpin adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan secara
fisik, pikiran dan akal budi, sedangkan banyak masalah yang harus dihadapi dan
dipecahkan. Iman merupakan jembatan antara keterbatasan manusia dengan
kesempurnaan Allah serta menjadi perisai untuk meredam nafsu-nafsu duniawi yang
tak terkontrol.
Berpikir holistic dan
bertindak transpraran: seorang pemimpin harus mampu
berpikir holistic dalam melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan
bertindak secara transparan dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan
permasalahan tersebut. memperhatikan
aspirasi rakyat: seorang pemimpin harus jeli melihat dan memperhatikan
kepentingan orang banyak. Seorang pemimpin hidup karena ada orang yang dipimpin
sehingga pemimpin harus bersedia untuk
mendengar suara, mempelajari harapan dan aspirasi mereka serta menerjemahkannya
ke dalam serangkaian tindakkan dan kebijakan pemimpin. Dekat dengan orang yang dipimpin: seorang pemimpin tidak berjalan
sendirian tetapi berjalan bersama dengan orang yang dipimpinnya, sehingga
pemimpin harus mampu mendekatkan diri pada
mereka untuk melihat keinginan, harapan, kesukaran yang dialami agar visi-misi yang dicanangkan dapat
berjalan dengan baik sesuai harapan.
Peristiwa-peristiwa
di sekitar kita memberi petunjuk bahwa dunia terus berkembang dan berubah
secara cepat. Akibat dari perubahan itu menghasilkan berbagai masalah yang
kompleks dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi korban perubahan zaman.
Oleh karena itu, diharapkan agar dunia mampu melahirkan pemimpin-pemimpin
sejati yang berintegritas demi memajukan serta mengatur dan memimpin masyarakat
ke arah yang lebih baik.
Referensi:
Hadiwardoyo, Purwa, 7 Masalah Aktual, Yogyakarta: Kanisius,
2010.
Mangunhardjana, A.M. Kepemimpinan, Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Modul Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV, Etika
Kepemimpinan Aparatur,
Lembaga Administrasi Negara, 2008.
Musakabe, Herman. Mencari Kepemimpinan Sejati di Tengah Krisis
dan Reformasi, Jakarta:
Citra Insan Pembaru,
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar