Senin, 17 November 2014

MENGUPDATE INTEGRITAS KEPEMIMPINAN YANG ERROR


MENGUPDATE INTEGRITAS KEPEMIMPINAN YANG ERROR


Masyarakat dunia dewasa ini menghadapi begitu banyak masalah yang cukup kompleks seperti masalah hak asasi manusia (HAM), ketidakadilan gender, masalah ideologi, masalah sistem ekonomi, masalah lingkungan hidup, masalah media massa, masalah rekasa genetik, masalah moral, dll. Sebagian dari berbagai masalah ini merupakan masalah lama yang dibiarkan ada karena tidak dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah masalah baru.
Berbagai masalah ini tumbuh dan hidup bersama masyarakat umum khususnya masayarakat kecil yang terpinggirkan. Mereka meresa kebingungan dan tidak mampu berbuat apa-apa karena tidak memiliki kekuatan. Mereka hanya berpasrah dan mengharapkan suatu pencerahan dari para pemimpin mereka sehingga bisa membawa suatu perubahan bagi kehidupan mereka yang keruh. Jika dilihat dan diamati persoalan yang dihadapi masyarakat maka muncul pertanyaan, dimanakah peran dan fungsi para pemimpin kita? Apakah para pemimpin kita sudah mati rasa? Ataukah para pemimpin kita sudah eror sehingga perlu diupdate kembali? Semua pertanyaan ini menjadi pergumulan kita bersama untuk mengupdate kembali integritas kepemimpinan yang eror dalam masyarakat, sehingga sekurang-kurangnya berbagai masalah tersebut dapat diatasi.
Integritas seorang pemimpin secara sederhana diartikan sebagai kesatuan pikiran, ucapan dan tindakan. Kesatuan itu diwujud-nyatakan dalam tugas dan pelayanannya selama menjadi pemimpin. Oleh karena itu, seorang pemimpin sekurang-kurangnya harus memiliki tanggungjawab, teladan, kebijaksanaan, akseptabilitas, visi-misi, dan iman. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mampu berpikir holistik dan bertindak transparan, memperhatikan aspirasi rakyat, dan dekat dengan mereka yang dipimpin.
Tanggungjawab: seorang pemimpin harus bertanggung jawab atas tugas yang diembankan kepadanya. Seorang pemimpin harus memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan baik oleh dirinya maupun oleh anak buahnya serta mampu mengambil resiko demi kepentingan orang yang dipimpinya. Tanggungjawab sering menuntut pengorbanan, sehingga seorang pemimpin mesti rela berkorban untuk sehati sejiwa dan serasa dengan mereka yang dipimpin. Teladan: seorang pemimpin harus mampu memberikan teladan melalui tingkah laku hidupnya kepada orang yang dipimpinnya, sehingga mereka pun merasa dituntun dan dituntut untuk berbuat demikian. Seorang pemimpin mesti mengingat bahwa keteladanan tidak dapat direkayasa karena hanya bersifat semu dan sementara. Kebijaksanaan: kerap kali seorang pemimpin setiap saat dihadapkan kepada situasi rumit dan sulit untuk mengambil keputusan sehingga sangat dibutuhkan kebijksanaan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu agar keputusannya bisa adil dan bijaksana serta dapat dirasakan oleh semua orang yang dipimpinnya. Akseptabilitas: seorang pemimpin harus memiliki prasyarat moralis, kemampuan fisik dan intelektual yang baik agar dapat diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya. Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan ketenangan  dan kemampuan untuk mengambil keputasan yang tepat berdasarkan pertimbangan nalar yang baik, sebab keputusan seorang pemimpin menggambarkan kemampuannya untuk mengatasi masalah. Seorang pemimpin tidak boleh mengambil keputasan secara remeh dan bertindak secara terburu-buru atau bertindak terlalu lamban dan bersifat membiarkan. Visi-misi: kepemimpinan seorang pemimpin sangat identik dengan visi-misi kepemimpinannya. Seroang pemimpin harus memiliki visi-misi yang memberi arah dan pandangan jauh ke depan serta harapan-harapan kepada pengikutnya agar mereka termotivasi untuk menjalankan apa yang dikehendakinya. Tanpa visi-misi yang jelas dari seorang pemimpin maka kepemimpinannya akan hilang arah terlebih oleh kesilauan harta dan prestise sehingga mengganti visi-misinya menjadi ambisi pribadi. Iman: seorang pemimpin harus memiliki iman yang teguh kepada Allah sesuai agamanya. Iman bagi seorang pemimpin sangat penting karena pemimpin adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan secara fisik, pikiran dan akal budi, sedangkan banyak masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan. Iman merupakan jembatan antara keterbatasan manusia dengan kesempurnaan Allah serta menjadi perisai untuk meredam nafsu-nafsu duniawi yang tak terkontrol.
Berpikir holistic dan bertindak transpraran: seorang pemimpin harus mampu berpikir holistic dalam melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan bertindak secara transparan dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan permasalahan tersebut. memperhatikan aspirasi rakyat: seorang pemimpin harus jeli melihat dan memperhatikan kepentingan orang banyak. Seorang pemimpin hidup karena ada orang yang dipimpin sehingga pemimpin  harus bersedia untuk mendengar suara, mempelajari harapan dan aspirasi mereka serta menerjemahkannya ke dalam serangkaian tindakkan dan kebijakan pemimpin. Dekat dengan orang yang dipimpin: seorang pemimpin tidak berjalan sendirian tetapi berjalan bersama dengan orang yang dipimpinnya, sehingga pemimpin harus mampu mendekatkan diri pada  mereka untuk melihat keinginan, harapan, kesukaran yang dialami  agar visi-misi yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik sesuai harapan.
Peristiwa-peristiwa di sekitar kita memberi petunjuk bahwa dunia terus berkembang dan berubah secara cepat. Akibat dari perubahan itu menghasilkan berbagai masalah yang kompleks dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi korban perubahan zaman. Oleh karena itu, diharapkan agar dunia mampu melahirkan pemimpin-pemimpin sejati yang berintegritas demi memajukan serta mengatur dan memimpin masyarakat ke arah yang lebih baik.

Referensi:
Hadiwardoyo, Purwa, 7 Masalah Aktual, Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Mangunhardjana, A.M. Kepemimpinan, Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV, Etika Kepemimpinan Aparatur,
 Lembaga Administrasi Negara, 2008.
Musakabe, Herman. Mencari Kepemimpinan Sejati di Tengah Krisis dan Reformasi, Jakarta:
Citra Insan Pembaru, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar