RITUS REKONSILIASI
(JEBADISIA)
DALAM SUKU MONI
EMO DALAM PANDANGAN ORANG MONI
Emo
yang dihayati oleh orang moni di Dugindoga dan Kemandoga adalah daya
tertinggi dan ilahi yang menghidupkan,
membebaskan, menyelengarakan dan melindungi manusia Moni dan seluruh tatanan
kosmos dengan kekuatan yang melampaui daya-daya kosmis-natural dan kemampuan
akal budi manusia. emo itu juga dipandang dan dihayati dalam hidup mereka
sebagai pencipta sekaligus pengatur (ongga dega Me) dari segala keterarahan
hidup manusia Moni. Daya tertinggi Emo tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Daya tertinggi Emo berkuasa dalam ke-Maha-luasan-Nya. Orang Moni meyakini bahwa
Emo-lah yang mengatur segala peredaraan kosmos yang terdiri dari keteraturan
iklim, hidup moralitas, sosio-politik, nilai sosio-budaya dan daya natural yang
terkandung di dalam dunia orang Moni.
Dengan konsep pemahan itu, maka
orang Moni memupuk, memelihara dan menghayati relasinya dengan Emo.
Penghayatannya dapat diwujudnyatakan dalam nilai-nilai keteraturan hidup baik
atau ideal, baik secara vertikal maupun horisontal. Ritus rekonsiliasi ini
adalah upacara pemulihan relasi antara manusia dengan Emo atas perbuatan inces
dan zinah yang diyakini sebagai cikal bakal terjadinya murka Emo atas kehidupan
manusia.
1.
PENGETIAN
JEBADISIA
Jeba
disia adalah gabungan dari dua kata dasar ‘ba’ yang berarti kotoran manusia
atau hewan, jika ditambahkan awalan ‘je’ maka menjadi ‘jeba’ (noun) yang
artinya kotoran manusia yang melekat pada tubuhnya. Arti terdalam dari kata ini
adalah kesalahan atau kekeliruan, kedosaan sebagai akibat dari pelanggaran-pelanggaran
norma hidup, misalnya zinah, inces, pembunuhan, penghinaan, pelecehan,
pemerkosaan dan sebagainya. Sedangkan kata ‘disia’ (verb) yang artinya
manghapuskan atau membersihkan. Isitilah ini tidak dapat dibahasakan pada
tindakan sekular seperti pembersihan perabot rumah tangga, atau penghapusan
tinta spidol pada papan tulis. Melainkankan, digunakan dan dibahasakan pada penghapusan
atau pembersihan kedosaan manusia demi pemuliahn relasi dengan “daya tertinggi
EMO”. Jadi istilah ‘jebadisia’ mengandung arti penghapusan, pembersihan,
penyucian kedosaan manusia.
Unsur
terpenting yang ditekankan dalam ritus ‘jebadisia’ adalah pemulihan relasi
manusia Moni dengan EMO. Akibat dari ritus ini yakni pemulihan kembali
kehidupan sosio-ekonomi, sosio-budaya, sosio-politik dan sosio-religi.
Perdamaian yang diperjuangkan orang Moni melalui ritus ini adalah perdamaian
antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta dan manusia dengan
‘daya tertinggi EMO’. Apabila sudah tercipta relasi yang harmonis maka
kehidupan orang Moni pun akan berjalan normal dan damai.
2.
BAHAN-BAHAN
YANG DIGUNAKAN DALAM PERAYAAN ‘JEBADISIA’
a.
Kolam
Kolam
dibuat di dekat anak sungai yang jernih, hidup dan deras supaya pada akhir
upacara jika kolam dibuka maka air genangannya bisa mengalir mulus ke induk
sungai. Dipermukaan kolam ditaburkan ‘bamo sao’. Tua adat biasanya berdiri di
dalam kolam tersebut dan mencelupkan para peserta ritus secara bergiliran.
Kolam dihayati sebagai wadah untuk pembersihan dosa manusia.
Sesudah
penyelupan para peserta ritus maka tua adat membuka kolam sambil menyapa alam
semesta sebagi berikut:
Aiga peo-maipeo
yang berarti langit dan bumi suci dan bersih
Abugi indo-amene indoo yang
berarti tanah airku suci dan bersih
Awago peao
yang berarti ternak dan tanaman sehat
Imbu tawa-imbatawa
yang berarti bebas kelaparan dan kesakitan
b.
Bamo
sao
Bamo
sao adalah kembang dari sejenis tumbuhan lunak yang lazim hidup di tempat
berlumut basah, di pinggir kali. Bamo sao berwarna putih berkilau dan
ditaburkan di permukaan kolam. Bamo sao melambangkan kesucian, kemurnian dari
kedosaan manusia.
c.
Poga
Poga
adalah sejenis kulit kerang/siput yang berbentuk lengkung. Poga digunakan oleh
tua adat pada saat penyucian di kolam ritus. Tua adat mengangkat poga pada
tangan dan dilapisi dengan bamo sao untuk meramas keluar pada perut peserta
ritus. Poga tersebut berwarna putih mengkilap dan melambangkan kesucian.
d.
Tane
wogo
Tane
wogo adalah daging babi ritus. Babi yang disembelihkan dalam ritus jebadisia
adalah mesti yang berwarna putih, bersih, sehat dan gemuk. Setelah acara ritus
berakhir baru daging tane wogo dapat dikonsumsi. Acara makan daging ritus
merupakan lambang pembersihan dalam organ tubuh manusia dengan bantuan lemak
babi. Pembersihan diri dari kedosaan manusia.
3.
PROSES
RITUS JEBA DISIA DAN MAKNA TINDAKANNYA
Orang
yang kedapatan berbuat zinah atau inces biasanya ditangkap dan dibunuh
seketika. Menurut orang Moni cara ini layak dan pantas digunakan terhadap para
pelaku pelanggaran norma hidup. Mereka tidak dapat menggunakan cara lain
seperti, patok leher, tikam, diracuni, atau lain sebagainya.
Jenazah
korban diantar ke pinggir kali yang besar dan deras lalu dilepaskan beserta
bahan-bahan khusus seperti jugi, nono, poga, igidepa, ompokutu, mboe dan
peawogo. Makna dari keikutsertaan
bahan-bahan itu adalah hal-hal yang berkaiatan dengan tingkah laku dan kedosaan
manusia yang dilepaskan untuk hidup baru. Bahan-bahan bekas melambangkan
kedosaan, sikap dan perbuatan lama yang merugikan hidup bersama. Orang Moni
meyakini bahwa hal yang buruk dan yang lama harus dilepaskan bersama jenazah
korban lalu membangun kembali hidup serta semangat baru.
Setalah
pulang dari acara pelepasan jenazah, keluarga dekat para korban harus berunding
bersama untuk mengadakan upacara penyucian secara simbolis. Mereka harus
menentukan waktu yang tepat dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam
ritus tersebut. Tempat upacara harus jauh dari keramaian alasannya agar
kedosaan yang dibersihkan tidak terjebak dan nilai kesakralan tidak tercemar
atau ternoda. Orang yang bukan dari klen korban tidak boleh hadir dan mengikuti
ritus penyucian tersebut.
Pada
hari yang telah disepakati bersama itu, semua anggota keluarga sudah harus
berada di tempat ritus jebadisia. Tua adat yang memimpin jalannya ritus
tersebut dan setiap orang yang hadir harus dicelup dalam kolam oleh tua adat.
Ritus ini ditutup dengan acara makan tane wogo. Makna makan daging tane wogo
adalah pembersihan diri dari dalam tubuh dengan lemak babi, agar setiap orang
sungguh-sungguh dibersihkan baik luar maupun dalam tubuh manusia. Setelah
upacara berakhir, semua peserta pulang ke rumah masing-masing denga hati tenang
dan damai.
4.
TUJUAN
RITUS JEBADISIA
Tujuan
orang Moni mengadakan ritus ini adalah menormalkan hubungan dengan sesama, alam
dan daya tertinggi ‘Emo’. Hubungan harmonis ini hanya dapat putus apabila ada
pelanggaran, terutama zinah dan inces. Maka kedosaan manusia itu mesti
dibersihkan melalui ritus jebadisia agar relasi tersebut normal kembali.
SUMBER
Tabuni, Natalis. “Relasi Orang Moni
dengan Emo.” Skripsi tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Filsafat – Fajar Timur,
Jayapura, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar